Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu semakin berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah hari dimana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah dicabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. "Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku... Tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain..."
"Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu... Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap berbekas. Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik..." Berhati-hatilah dengan perkataan dan amarah.